Senin, 07 Agustus 2017

PEMBANGUNAN BERTAHAN BERKELANJUTAN YANG HOLISTIK

PEMBANGUNAN BERTAHAN BERKELANJUTAN YANG HOLISTIK

CONTOH KASUS: TELUK JAKARTA

1.   PRAKATA:
        Masalah reklamasi secara umum dan khusus di teluk Jakarta, sudah terjadi pro dan kontra yang melelahkan tanpa berdasarkan data ilmiah yang sah (valid), jujur dan profesional.
        Kompleksitas yang sangat rumit dalam proses penentuan perlu atau tidak perlunya reklamasi, seharusnya melalui proses keterlibatan SECARA PROFESIONAL SEMUA PIHAK DALAM ARTI YANG SANGAT-SANGAT LUAS sesuai bidang keahlian masing-masing termasuk kearifan lokal yang bertumpu pada data yang sah untuk mencapai Pembangunan Bertahan Berkelanjutan yang HOLISTIK, tanpa terlebih dahulu dipengaruhi aspek ekonomi maupun politik.
        Sangat diharapkan pada waktu yang dekat, ada “perilaku/etika profesional” dari semua pihak untuk mengkritik HANYA sesuai dengan “bidang keahliannya” terhadap suatu rencana “Pembangunan dengan kompleksitas tinggi” yang melibatkan KEAHLIAN BANYAK PIHAK beserta solusinya (tanpa solusi, lebih baik tidak mengkritik apalagi membuat pernyataan penolakan/pembatalan suatu pekerjaan yang melibatkan banyak unsur keilmuan).
        Semoga USULAN tulisan ini, menjadi dasar kebersamaan kita semua sebagai anak bangsa untuk mengatasi masalah lingkungan Teluk Jakarta yang nyata, “sangat kompleks” dan sudah sangat menakutkan, bahkan menurut Begawan Lingkungan Prof. Otto Sumarwoto Almarhum “Lingkungan Hidup” Teluk Jakarta sudah hancur.


2.  IDENTIFIKASI MASALAH:

A. KONDISI ALAM
1.   Indonesia adalah Negara Kepulauan memiliki laut yang sangat luas mempunyai perilaku SANGAT berbeda dengan Benua secara alam, budaya, ragam fauna&flora dan teknologinya.
2.   Indonesia adalah negara tropis dengan curah hujan yang tinggi.
3.   Indonesia terletak di RING of FIRE.
4.   Pantai utara Jawa MAJORITAS terbentuk dari reklamasi secara alamiah akibat sedimen (aluvial) hasil erosi dari hulu (peta Geologi Van Bemellen).
5.   Data properti lapisan sedimen pada pantai utara Jawa berlapis-lapis dengan karakteristik yang berbeda-beda, ada lensa air laut yang terperangkap bahkan di Jawa Tengah ditemukan lapisan organik (belum lagi lapisan tanah yang ekstrem berbeda, akibat pergerakan kerak bumi). 
6.   Karakteris permukaan lapisan tanah dengan sedimen butir yang sangat halus akan mengalami penurunan secara alamiah akibat konsolidasi/pemadatan secara gravitasi oleh beratnya sendiri dalam jangka yang sangat panjang karena proses perpindahan /terlepasnya lapisan air pada butir sedimen yang sangat halus yang terikat dalam bentuk tegangan positip dan negatip.
          Kebenaran pernyataan, pengambilan air tanah (yang diyakini oleh banyak pihak) menyebabkan penurunan pada “formasi lapisan sedimen seperti ini”, SAMPAI HARI INI belum ada data pendukung yang jelas dan sah untuk membenarkan pernyataan ini.
7.   Penurunan tidak merata pada permukaan “tanah sedimen” di beberapa tempat di daerah pantai teluk Jakarta terjadi sedemikian rupanya, sehingga permukaan tanah lebih rendah dari permukaan laut.
8.   Kelandaian dasar sungai yang lebih rendah dari permukaan laut, membuat air laut merambah masuk kebadan sungai jauh kedarat, membuat arus air sungai tidak bisa lancar bahkan tertahan untuk mengalir kelaut.
9.   Kenaikan permukaan laut akibat Global Warming.
10. Dsb.nya

B. KEGIATAN MANUSIA
1.   Perputaran ekonomi Indonesia terpusat di Jakarta.
2.   Populasi manusia sudah melebihi daya dukung Jakarta.
3.   Perbedaan kaya dan miskin sangat jauh.
4.   Kedalaman kolam pelabuhan Tanjung Priuk sangat dangkal dan diperparah pendangkalannya oleh lajunya sedimen.
5.   Pantai Utara TIDAK BOLEH di kerug, untuk memperdalam kolam pelabuhan.
6.   Pengerugan semacam ini, dapat berdampak sangat buruk pada keseimbangan dasar laut dan daratan daerah pantai.
7.   Sistem transportasi masal yang belum memadai menghubungkan DJABODETABEKJUR.
8.   Jarak antara tempat kerja dengan tempat tinggal para Pekerja sangat jauh, kontribusi penambahan kemacetan lalu lintas. 
9.   Kemacetan lalu lintas (traffic jam) yang sangat parah.
10. Harga tanah di Jakarta sudah tidak masuk akal.
11. Pencemaran udara sudah diambang batas yang diizinkan.
12. Banjir dan Rob.
13. Masalah banjir di Pantai Teluk Jakarta, membuat masalah baru di daerah hulu.
14. Pengambilan material urug dari gunung untuk mencegah ROB dengan cara meninggikan pantai utara, membuat daerah hulu semakin tererosi berat dan material erosi memperkecil penampang basah sungai yang pada achirnya berdampak meningkatkan banjir.
15. Material urug untuk peninggian pantai teluk Jakarta untuk mengatasi ROB, berdampak mempercepat penurunan permukaan tanah (preloading) dan pada achirnya kena ROB lagi.
16. Air baku tawar dibiarkan sia-sia berubah segera menjadi air laut.
17. Masyarakat Jakarta tidak mendapat akses yang layak untuk memenuhi kebutuhan air bersih dari Pemerintah DKI.
18. Industri, Pelabuhan, perhotelan, perkantoran tidak mendapat  akses air bersih yang layak dari Pemerintah DKI, sehingga masing-masing Pengusaha TERPAKSA mengambil air untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam melaksanakan usahanya yang juga sudah dibebani Pajak. 
19. Peraturan dan Undang-undang penggunaan lahan tidak dilaksanakan dengan baik.
20. Peraturan dan Undang-undang tentang limbah Industri dan Rumah Tangga tidak dilaksanakan dengan baik.
21. Kesadaran dan etika lingkungan masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan.
22. Sungai jadi tempat pembuangan limbah padat (lemari?, spring bed?) dan limbah cair termasuk logam berat, dsbnya dsbnya. . . . . . . . .????????
23. Kadar logam berat sudah sangat jauh diatas ambang batas yang diijinkan.






























24. Hutan Bakau yang dapat berfungsi menetralisir logam berat ditebang, untuk keperluan perut.
25. Kwalitas air laut di pantai Teluk Jakarta sangat keruh akibat “Partikel Sedimen Melayang Halus" sejauh 2 km dari bibir pantai.
26. Populasi terumbu karang menurun sangat drastis, diikuti populasi ikan menurun dengan dratis berakibat menambah beban pemiskinan para Nelayan yang memang sudah miskin.
27. Masalah logam berat mencemarkan semua mata rantai makanan biota laut sampai ke level manusia seperti ini, sudah pernah terjadi di Minamata Jepang Tahun 1953.
28. Sekarang ini sudah mulai terlihat dampaknya pada masyarakat yang mengkonsumsi produk laut yang tercemar logam berat yang akan terakumulasi dalam tubuh manusia.




































29. Ekspor berton-ton secara alamiah sampah DKI ke Pulau Seribu, saat angin barat.



     30. Dsb.nya . . . . . . . . .??????????


3. USULAN PENYELESAIAN MASALAH

Khusus sebagai contoh kasus, Pembangunan Bertahan Berkelanjutan yang HOLISTIK di DKI Jakarta.

Dengan parameter sebagai berikut:
1.   Negara HARUS hadir sebagai Fasilitator, Motivator dan Judikator, dsbnya.
2.   Proyek bukan tujuan utama, melainkan tempat proses pembelajaran bagi semua pihak dengan menempatkan manusia secara utuh dan sederajat.
3.   Rakyat tidak boleh “dicabut dari akarnya” / dipindahkan (lokal Wisdom sangat penting).
Nelayan HARUS terfasilitasi dengan sangat baik sehingga terangkat harkat dan martabatnya secara utuh.
4.   Pembangunan INFRA STRUKTUR, HARUS tanpa menggunakan dana dari APBN atau APBD dan TANPA pinjam uang.
5.   Kontrak Pemerintah DKI dengan Investor untuk lahan 3.800,0 Ha tetap dapat dilaksanakan tanpa perlu mengambil material urug sebesar 330 juta m3 pasir dari tempat lain (PENCEGAHAN terhadap kerusakan lingkungan yang “SANGAT DAHSYAT” ditempat lain).
6.   Pasir yang sudah TERLANJUR ADA (Pulau C, D, G dan N?) dapat dipakai untuk perapihan “daratan yang timbul” seluas  ± 7.000,0 Ha, tanpa REKLAMASI. 
7.   Pemerintah DKI mendapatkan Penghasilan paling sedikit Rp. 100,0 Triliun, secara langsung dari Revitalisasi dan Restorasi Pantai Utara Teluk Jakarta untuk digunakan sebagai berikut: 

·       Rp. 40,0 Triliun untuk membangun Tanggul Lepas Pantai (material urug dari sedimen 13 Sungai di Teluk Jakarta).
·       Sisanya Rp 60,0 Triliun untuk memindahkan rakyat miskin dari daerah kumuh (Bantaran Sungai, Kolong Jembatan, disamping rel Kereta Api, dsbnya) ke lahan baru seluas ± 3.200,0 Ha (x ± Rp. 3 jt= ± Rp. 96 Triliun) tanpa pembebasan, lengkap dengan lapangan kerja dan segala infra struktur penopang lainnya.

8.   Diperkirakan perolehan dana, untuk DKI= ± Rp. 200 Triliun, tanpa pinjam.
9.   Kondisi Hutan Bakau, Tambak Udang, Tambak Bandeng yang ada, HARUS terlestari untuk menjadi lebih baik.
10. Diciptakan Hutan Bakau baru di lepas pantai dalam skala besar sehingga larutan nutrisi dan mineral dari air darat (tanpa sedimen) dapat meningkatkan pertumbuhan biota laut dan Terumbu karang sedemikian rupanya sehingga populasi jumlah ikan dapat bertumbuh selaras dengan membaiknya Lingkungan Estuari Pantai (Pengurangan sangat signifikan kadar logam berat).
11. Ada danau Raksasa seluas ± 17.669,0 Ha, tanpa pembebasan lahan tanah.
12. Ada air baku tawar dalam jumlah yang sangat besar.
13. Aliran air dari darat tanpa halangan mengalir ke danau raksasa (TIDAK BOLEH ada TANGGUL TEPI PANTAI PERMANEN), bahkan air dari darat dapat terjun bebas dengan selisih ketinggian 5,0 m atau lebih.
14. Air terjun dengan selisih ketinggian 5,0 m atau lebih, dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik terbarukan yang ramah lingkungan sepanjang 40,0 Km di Teluk Jakarta.
15. Penggunaan dan kebutuhan pompa air yang sangat SEDIKIT dan sangat efisien.
16. Kedalaman laut Kolam Pelabuhan Tanjung Priok= 20 m, tanpa pengerugan.
17. Pembangunan Lapangan terbang Internasional diatas batu karang sepanjang 7 Km dan lebar 3 Km.
18. Dsb.nya.............


Paling sedikit 17 Parameter Utama yang disajikan diatas, harus:

TERLAKSANA TANPA KOMPROMI
setelah melalui penelitian
PROFESIONAL, JUJUR, TULUS dan BERTANGGUNGJAWAB
disemua sektor keilmuan (termasuk local Wisdom) dari
ANAK BANGSA dan PERGURUAN TINGGI SEINDONESIA
sesuai bidang keahlian dan kapasitasnya masing-masing.

Keberhasilan CONTOH pola pembangunan  Bertahan Berkelanjutan yang HOLISTIK di DKI Jakarta dapat dipakai untuk

Pembangunan REVITALISASI dan RESTORASI SELURUH Pantai Utara Jawa dan Pulau-Pulau lainnya di Indonesia sesuai daya dukung lingkungannya.

Semarang-Pacitan dan Semarang-Cilacap sangat dapat dijadikan salah satu pusat simpul strategis utama perputaran barang dunia, yang menghubungkan 5 Benua melalui 2 Samudra (Pacific dan Hindia).
Perjalanan Kereta Api Semarang-Pacitan dan Semarang-Cilacap selama 5 jam, diperkirakan dapat menghemat waktu 15 hari perputaran transportasi barang dunia melalui laut.

Besar harapan kami, atas kehendakNYA, kita sebagai Putra-Putri Bangsa dapat bersama-sama berjuang untuk Kebangkitan NKRI yang kita cintai bersama, amin.

Salam sejahtera,
John Wirawan





Selasa, 28 Februari 2017

Giant Seawall, Solusi Holistik Pantai Utara Jakarta Tanpa Reklamasi




http://www.technology-indonesia.com/index.php/component/content/article/130-umum/1282-pembangunan-tanggul-raksasa-solusi-tanpa-reklamasiPembangunan Tanggul Raksasa, Solusi Tanpa Reklamasi

Ditulis oleh Setiyo Bardono
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form
Bottom of Form

Jakarta, Technology Indonesia - Proyek Reklamasi Teluk Jakarta menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Reklamasi yang didasari Keppres No. 52/1995 ini, awalnya bertujuan memperbaiki kualitas pesisir utara Jakarta yang rusak karena masalah lingkungan akibat sedimentasi dan abrasi. Namun pada perkembangannya, pemanfaatan wilayah hasil reklamasi bergeser untuk kepentingan pemukiman (coastal development).

John Wirawan berpendapat persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan konsep lama yang telah ditawarkan kepada pemerintah sejak 1997. Konsep tersebut adalah pembangunan dinding tanggul raksasa di depan Teluk Jakarta atau Giant Seawall. Dengan pembangunan tanggul raksasa, Presiden Direktur Ecolmantech Consutants ini optimis masalah akan selesai tanpa perlu reklamasi.

“Dengan pembangunan Giant Seawall maka laut Jawa akan dipisahkan dengan bibir pantai, sehingga laut akan terpisah dengan daratan. Akibatnya, air sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta tidak akan langsung masuk ke laut. Air sungai akan ditampung danau raksasa yang terbentuk akibat berdirinya tanggul raksasa tersebut,” papar John Wirawan dalam presentasi dan diskusi bertajuk “Giant seawall pantai utara jawa sebagai solusi menyeluruh tanpa reklamasi” di Jakarta, Selasa (28/2/2017).

Tinggi permukaan air danau ini akan diatur lebih rendah lima meter dari daratan pantai utara Jakarta. Hal ini mengakibatkan air sungai lebih cepat mengalir ke danau raksasa seluas ± 17.669 Ha. Danau ini dapat menampung air tawar untuk keperluan Jakarta sepanjang tahun.

“Dengan menurunnya ketinggian air di sepanjang pantai, maka akan terbentuk daratan seluas ± 7.000 Ha. Daratan baru ini lebih luas dari pulau-pulau yang terbentuk dengan cara pengurugan melalui proses reklamasi yaitu 3.800 hektar,” terang John.
 Pembangunan tanggul raksasa juga akan menyebabkan Pemerintah DKI Jakarta mendapatkan penghasilan secara langsung dari para pengembang tanpa harus melakukan pinjaman. “Pembangunan ini diupayakan tidak menggunakan APBD atau APBN. Bahkan DKI bisa mempunyai dana Rp.100 triliun, sebab untuk membangun 17 pulau, pengembang harus merogoh kocek sebesar Rp.132 trilyun,” terangnya. 

Menurut perhitungan John, dari Rp.132 triliun pengembang tetap mendapatkan 3.800 hektar dengan nilai Rp.100 triliun. “Pengembang pasti mau karena lebih murah Rp.32 triliun. Dana itu bisa dipakai untuk membereskan yang ada dan membangun tanggul pantai yang nilainya 23 triliun dengan harga rate 1 meter kubik 400 ribu,” ungkapnya. 

Penghasilan tersebut, lanjut John, juga bisa digunakan untuk proses revitalisasi dan restorasi pantai utara Teluk Jakarta. Serta membantu masyarakat miskin untuk diberi tempat tinggal yang lebih layak disertai daya dukung kehidupan yang sangat baik.

Keuntungan lainnya, melalui pembangunan tanggul raksasa akan terbentuk hutan bakau di lepas pantai dalam skala besar sehingga larutan nutrisi dan mineral dari air darat (tanpa sedimen) dapat meningkatkan pertumbuhan biota laut dan terumbu karang. Kondisi tersebut, pada akhirnya akan meningkatkan populasi ikan selaras membaiknya lingkungan pantai akibat pengurangan kadar logam berat.

Selain itu, Jakarta akan terbebas dari banjir selamanya karena air dari darat akan mengalir secara deras ke danau raksasa akibat selisih ketinggian 5 meter antara daratan dan danau. Perbedaan ketinggian ini dapat dimanfaatkan menjadi pembangkit hydro sekala besar di beberapa tempat sepanjang 40 km. Selain itu penggunaan pompa air sangat sedikit dan akan lebih efisien.

John optimis solusi pembangunan tanggul raksasa ini akan menjadi win-win solution untuk semua pihak. Kontrak pemerintah DKI Jakarta dengan para pengembang dapat tetap dilanjutkan dengan memberikan lahan seluas 3.800 hektar. Lahan ini dapat dimanfaatkan oleh pengembang untuk membangun pemukiman baru, tanpa harus mengambil material urug sebesar 330 juta meter kubik dari tempat lain yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

“Sementara itu, para nelayan tidak perlu dipindahkan karena masih tersedia lahan yang cukup luas untuk pemukiman. Dengan demikian tidak akan menimbulkan problem sosial dan ekonomi karena rakyat tidak akan dicabut akarnya dengan cara dipindahkan,” pungkasnya.


http://infonasional.com/2017/03/01/giant-seawall-solusi-holistik-pantai-utara-jakarta-tanpa-reklamasi/Giant Seawall, Solusi Holistik Pantai Utara Jakarta Tanpa Reklamasi

March 1, 2017

 Reklamasi teluk Jakarta saat ini sedang hangat-hangatnya diperbincangkan terutama dalam perdebatan politis. Pada awalnya, reklamasi ini bertujuan memperbaiki kualitas pesisir utara Jakarta yang semakin rusak karena sedimentasi dan abrasi. Namun pada akhirnya, reklamasi wilayah pesisir utara Jakarta ini dimanfaatkan untuk kepentingan pemukiman (coastal development).
Permasalahan tersebut menjadi inti dalam acara Breakfast Dialogue yang diselenggarakan oleh Financial Club, bertempat di Financial Club Jakarta, Graha CIMB Niaga Jakarta lantai 27, Selasa (28/2). Pembicara kali ini adalah President Director PT Ecolmantech Consultans, John Wirawan.
Breakfast Dialogue kali ini membahas sebuah solusi untuk masalah reklamasi tersebut dengan Giant Seawall. Menurut John, Giant Seawall merupakan solusi holistik bagi pantai utara Jakarta tanpa harus dilakukan reklamasi.
John menambahkan bahwa konsep ini sudah ditawarkan kepada pemerintah RI sejak tahun 1997.

Firdaus Ali, Pakar Teknik Lingkungan dan Ahli Tata Air Perkotaan dari Universitas Indonesia
Dengan dibangunnya Giant Seawall ini maka laut Jawa akan dipisahkan dengan bibir pantai yang ada saat ini, sehingga air laut akan terpisah dengan daratan, jelasnya. Akibat keberadaan tanggul ini, maka air sungai yang mengalir ke teluk Jakana tidak akan langsung masuk ke laut, akan tetapi akan ditampung di danau raksasa yang terbentuk akibat berdirinya tanggul raksasa ini.
Menurut John, ada beberapa keuntungan yang akan didapat kota Jakarta bila konsep ini dijalankan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain adalah Pemerintah DKI Jakarta mendapatkan tambahan pengahasilan dari kontrak-kontrak pengembang pemukiman saat ini, kondisi hutan bakau dan pertambakan akan masih tetap terjaga, dan adanya penampungan air yang sangat besar agar Jakarta terhindar dari banjir.
Dalam pemaparannya, John Wirawan juga menyebutkan bahwa solusi pembangunan tanggul raksasa Giant Seawall adalah solusi yang menguntungkan semua pihak. kontrak Pemerintah DKI dengan para pengembang saat ini dapat tetap dilanjutkan dengan memberikan lahan seluas 3.800 HA yang akan dimanfaatkan oleh para pengembang untuk membangun pemukiman baru, tanpa harus mengambil material urug sebesar 330 juta m3 dari tempat lain yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat dahsyat.
Sementara, para nelayan juga tidak perlu dipindahkan (digusur) karena masih tersedia lahan yang cukup luas untuk pemukiman mereka dengan sumber mata pencaharian yang tetap sama di sekitarnya.
(ki-ka) John Wirawan (presdir PT Ecolmantech Consultants), pembicara Breakfast Dialogue ; Ali Basyah Suryo (Advisor The President Post), moderator Breakfast Dialogue ; Yangki F. Lontoh (Sr. Membership & Activities Manager Financial Club) 




http://jayakartanews.com/2017/03/01/jakarta-tanpa-reklamasi/
John Wirawan, Presiden Direktur Ecolmantech, memberi solusi Jakarta tanpa reklamasi. Tanpa reklamasi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa meraup penerimaan daerah sedikitnya Rp 200 triliun.

Jakarta tanpa Reklamasi
oleh: LAKSMI WURYANINGTYAS

DILEMA yang dihadapi Pemprov DKI Jakarta terkait penolakan reklamasi sebetulnya bisa diatasi dengan membangun tanggul raksasa di depan Teluk Jakarta. Bahkan, dengan membangun tanggul raksasa, maka Pemprov DKI Jakarta bisa memperoleh penghasilan langsung sedikitnya Rp200 triliun dari para pengembang, tanpa harus melakukan pinjaman. Demikian pendapat Dipl. Ing John Wirawan, Presiden Direktur Ecolmantech dalam diskusi di Financial Club Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Menurut John, solusi yang disampaikannya merupakan hasil pemikiran selama 20 tahun atas biaya sendiri bersama banyak ilmuwan senior berbagai keahlian, baik lembaga penelitian di luar kampus maupun perguruan tinggi se-Indonesia. “Kami bermimpi tentang pembangunan bertahan berkelanjutan yang holistik di negara kepulauan, bukan benua, yang hanya ada dan satu-satunya di dunia yaitu Indonesia,” ujarnya.
Ditegaskan, dalam menawarkan solusi tersebut, proyek bukanlah tujuan utama, melainkan tempat proses pembelajaran bagi semua pihak dengan menempatkan manusia secara utuh dan sederajat. “Rakyat tidak boleh dicabut dari akarnya atau dipindahkan begitu saja, karena local wisdom itu sangat penting. Nelayan harus terfasilitasi dengan sangat baik, sehingga terangkat harkat dan martabatnya secara utuh,” tutur John Wirawan.
Kondisi hutan bakau, tambak udang dan tambak bandeng yang ada harus terlestasi untuk menjadi lebih baik. Di samping itu, diciptakan hutan bakau baru di lepas pantai dalam skala besar, sehingga larutan nutrisi dan mineral dari air darat (tanpa sedimen) dapat meningkatkan pertumbuhan biota laut dan terumbu karang sedemikian rupa, sehingga populasi jumlah ikan dapat bertumbuh selaras dengan membaiknya lingkungan estuari pantai (pengurangan kadar logam berat sangat signifikan).
Meskipun dibangun tanggul raksasa, tetapi kontrak Pemprov DKI Jakarta dengan investor untuk lahan 3.800 hektare tetap dapat dilaksanakan tanpa mengambil material urug sebesar 330 juta meter kubik pasir dari tempat lain. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang sangat dahsyat di tempat lain. Sementara pasir yang yang sudah terlanjur ada (Pulau C, D, G dan N) dapat dipakai untuk perapihan ‘daratan yang timbul’ seluas lebih kurang 7.000 hektare tanpa reklamasi.
Pembangunan tanggul raksasa itu juga mendatangkan manfaat luar biasa. Diantaranya, ada danau raksasa seluas lebih kurang 17.669 hektar tanpa pembebasan lahan. Ada air baku tawar dalam jumlah yang sangat besar. Aliran air dari darat tanpa halangan mengalir ke danau raksasa . bahkan air dari darat dapat terjun bebas dengan selisih ketinggian 5 meter atau lebih. Air terjun ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik terbarukan yang ramah lingkungan sepanjang 40 kilometer di Teluk Jakarta. “Masih banyak lagi manfaat lainnya, seperti penggunaan pompa air yang sangat sedikit dan sangat efisien. Kedalaman laut kolam pelabuhan Tanjung Priok setinggi 20 meter tanpa pengerugan. Di samping itu masih bisa dibangun lapangan terbang internasional di atas batu karang sepanjang 7 kilometer dan lebar 3 kilometer,” ungkap John Wirawan.
Pembangunan tanggul raksasa ini jika berhasil dapat menjadi contoh pembangunan bertahan dan berkelanjutan yang holistik. Sehingga nantinya, polanya dapat dipakai untuk pembangunan revitalisasi dan restorasi seluruh pantai utara Pulau Jawa dan pulau-pulau lain di Indonesia sesuai daya dukung lingkungannya. ***
  


http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/kabar-terkini/2905-pembangunan-tanggul-raksasa-dinilai-sangat-menguntungkan

Created on Saturday, 04 March 2017
Jakarta, Sains Indonesia – Pembangunan tanggul raksasa (giant sea wall) dinilai berbagai pihak sangat menguntungkan berbagai pihak, terutama pemprov DKI Jakarta. Selain keuntungan secara ekonomi, budaya, dan lingkungan, kehadiran tanggul raksasa ini juga dinilai sebagai langkah tepat untuk mengatasi fenomena pemanasan global dan perubahan iklim yang mengancam Jakarta. Setiap tahunnya angka kenaikan permukaan laut di pulau Jawa semakin tinggi.
Para peneliti mencatat bahwa pada 2010, pulau terpadat di Indonesia ini telah kehilangan daratan sekitar 7.408 km2 dengan kenaikan permukaan laut 0,4 m. Sementara untuk 2050, para peneliti memperkirakan luas daratan Jawa akan menghilang hingga 30.120 km2 dengan kenaikan permukaan laut mencapai 0,56 m. “Pembangunan giant sea wall merupakan solusi menyeluruh tanpa reklamasi yang terbukti efektif dan efisien,” ujar Presiden Direktur Ecolmantech Consutants, John Wirawan di Jakarta (28/2).
Kepada Sains Indonesia, jebolan perguruan tinggi ternama di Jerman itu berpendapat, Pemprov Jakarta bisa mendapat setidaknya lima keuntungan dengan dibangunnya tanggul raksasa atau DAM lepas pantai tersebut. Pertama, pemerintah DKI akan mendapatkan penghasilan secara langsung sedikitnya Rp 200 triliun dari para pengembang tanpa harus meminjam “Dari penghasilan itu, Rp 100 triliun akan digunakan untuk proses revitalisasi dan restorasi pantai utara teluk Jakarta. Rinciannya, Rp 40 triliun untuk membangun tanggul lepas pantai dengan material urug dari sedimen 13 sungai yang mengalir ke teluk Jakarta. Lalu Rp 60 triliun sisanya untuk memindahkan rakyat miskin dari daerah kumuh,” papar John.
John menilai Rp 60 triliun merupakan biaya yang lebih dari cukup untuk memindahkan rakyat miskin dari daerah kumuh ke permukiman yang layak. “Mereka yang tinggal di kolong jembatan, bantaran sungai, atau di samping rel kereta, bisa dipindahkan ke lahan permukiman yang timbul dari proses pembangunan DAM lepas pantai ini, lengkap dengan lapangan pekerjaan dan infrastruktur penunjangnya,” lanjut John. Kedua, pasir yang saat ini sudah tersedia di pulau C, D, G, dan N dapat digunakan untuk merapikan daratan seluas + 7.000 hektare yang terbentuk tanpa reklamasi.
“Daratan 7.000 hektare ini akan didapat akibat dari penurunan muka air danau sebanyak -5 meter. Ini jauh lebih banyak dari total luas daratan hasil reklamasi yang hanya 3.800 haktare. Sisa 3.200 hektare lainnya bisa Pemprov gunakan untuk membangun sektor-sektor produktif,” terang John.
Ketiga, pembangunan tanggul raksasa juga akan membentuk hutan bakau di lepas pantai dalam skala besar. Hutan bakau ini akan meningkatkan pertumbuhan biota laut dan terumbu karang. Pada akhirnya, populasi jumlah ikan pun bertambah selaras dengan membaiknya lingkungan estuari pantai karena pengurangan kadar logam berat. Keempat, dengan selisih ketinggian antara darat dan danau yang mencapai 5 meter, maka Jakarta diperkirakan akan terbebas dari banjir karena air dari darat akan mengalir secara deras ke danau raksasa, “Perbedaan ketinggian ini juga akan membentuk air terjun dari sungai yang bisa dimanfaatkan menjadi pembangkit hydro skala besar di beberapa tempat,” lanjut John.
Faris SR

John Wirawan
johnwirawan.dipl.ing@gmail.com
+6281284009911